Di era digital seperti sekarang, data adalah aset paling berharga. Namun, jika tidak digunakan dengan etika, data bisa menjadi pedang bermata dua. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara menjadi praktisi data yang tetap beretika. Yuk, kita bahas!

1. Data Bukan Sekadar Angka, Tapi Ada Manusia di Baliknya

Setiap data yang kamu olah, apalagi jika menyangkut data pribadi, adalah tentang manusia鈥攏ama, alamat, nomor HP, hingga preferensi belanja mereka. Oleh sebab itu, jangan lupa bahwa mereka memiliki hak atas privasi. Jika data mereka bocor atau disalahgunakan, dampaknya bisa sangat besar, bahkan sampai melanggar hukum.


2. Kenali dan Patuhi UU Perlindungan Data Pribadi (PDP)

Beruntung, Indonesia sudah memiliki Undang-Undang No. 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi. Undang-undang ini mengatur cara kita mengumpulkan, menyimpan, dan memproses data pribadi. Dengan demikian, penting untuk memahami beberapa poin kunci:

  • Prinsip Transparansi: Pastikan orang tahu mengapa datanya kamu kumpulkan. Jika membuat survei, jelaskan kepada mereka data ini akan digunakan untuk apa.
  • Hak Subjek Data: Orang memiliki hak untuk mengetahui, mengubah, atau bahkan meminta agar data mereka dihapus.
  • Keamanan Data: Jangan sembarangan menyimpan data. Pastikan data aman dari ancaman kebocoran.

Sebagai contoh, jika kamu memiliki data pelanggan e-commerce, jangan tiba-tiba mengirimkan promo yang tidak relevan tanpa izin. Hal seperti ini sudah termasuk pelanggaran privasi.


3. Jangan Rakus, Ambil Data Secukupnya

Selanjutnya, ingatlah bahwa kamu tidak perlu semua data untuk menjawab sebuah pertanyaan analisis. Ambil secukupnya sesuai kebutuhan. Prinsip ini disebut data minimization. Misalnya, jika kamu hanya butuh data usia untuk analisis demografi, tidak perlu mengambil alamat lengkap juga.


4. Bias Itu Nyata, Jangan Abaikan

Tidak bisa dipungkiri, data sering mencerminkan pola dan kebiasaan di dunia nyata. Namun, jika tidak berhati-hati, bias dalam data bisa berujung pada diskriminasi. Misalnya, algoritma yang lebih sering merekomendasikan pekerjaan teknologi kepada pria dibandingkan wanita. Oleh karena itu, selalu periksa apakah data dan algoritmamu adil untuk semua orang.


5. Ethical Hacking untuk Data Scientist?

Untuk menjaga keamanan data, penting juga melakukan evaluasi keamanan. Sebagai contoh, pastikan data yang kamu olah sudah dienkripsi dan anonim. Bayangkan jika data gaji karyawan bocor hanya karena kamu lupa memberi password pada file Excel. Situasi seperti ini bisa menjadi mimpi buruk bagi semua orang.


6. Bertanggung Jawab atas Hasil Analisismu

Kemudian, ingat bahwa hasil analisismu bisa memiliki dampak besar. Jangan asal membuat model prediksi atau insight yang tidak jelas dasarnya. Pastikan interpretasimu dapat dipertanggungjawabkan. Jika tidak yakin, jangan rilis hasil analisis tersebut ke publik.


7. Selalu Dengar Feedback

Selain itu, feedback dari tim legal, rekan kerja, atau bahkan masyarakat sangat penting. Mereka bisa memberikan perspektif yang mungkin terlewatkan. Oleh karena itu, jangan anggap kritik sebagai hambatan; justru, kritik adalah pelindung untuk langkahmu ke depan.


Akhir Kata

Etika dalam data science adalah tentang bagaimana kamu menghargai manusia di balik data. Dengan memahami hukum, mengedepankan transparansi, dan menjaga integritas, kamu tidak hanya menjadi data scientist yang keren, tetapi juga bertanggung jawab.

Ingat, “with great data comes great responsibility!” Oleh sebab itu, jangan sampai jadi “Big Brother” yang menyeramkan, ya. 馃槉

By Medhy

Leave a Reply