Tindik bukan sekadar tren gaya hidup atau simbol pemberontakan, tapi sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Dari zaman kuno hingga era modern, tindik punya sejarah panjang yang penuh makna, bahkan ada yang mengaitkannya dengan Nabi Ibrahim. Nah, di artikel ini kita bakal kupas tuntas tentang asal-usul, budaya, hingga pandangan agama soal tindik.

1. Tindik di Zaman Nabi Ibrahim dan Tradisi Kuno

Beberapa pendapat menyebutkan bahwa praktik tindik sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim. Meski tidak ada dalil yang secara langsung menyatakan beliau melakukannya, budaya di sekitar Timur Tengah pada masa itu sudah mengenal tindik sebagai bagian dari tradisi.

Dalam Kitab Keluaran 21:6 di tradisi Yahudi, disebutkan bahwa seorang budak yang memilih tetap mengabdi kepada tuannya akan ditindik telinganya sebagai tanda kesetiaan. Ini menunjukkan bahwa tindik bukan sekadar aksesori, tapi juga punya nilai simbolis sejak zaman kuno.

Di Mesir Kuno, para bangsawan dan Firaun juga menggunakan anting sebagai tanda status sosial. Bahkan, mumi Firaun Tutankhamun ditemukan dengan lubang tindik di telinganya, menandakan praktik ini sudah ada lebih dari 3.000 tahun lalu.

2. Tindik di Berbagai Budaya Dunia

Tindik bukan cuma ada di Mesir dan Timur Tengah, tapi juga tersebar di berbagai budaya lain:

  • India: Tindik hidung (Nath) mulai populer sejak abad ke-16 dan dianggap punya manfaat kesehatan, terutama dalam pengobatan Ayurveda.
  • Suku Maya & Aztec: Mereka menggunakan tindik di telinga, hidung, bahkan lidah sebagai bagian dari ritual keagamaan.
  • Afrika (Suku Maasai & Dayak): Beberapa suku meregangkan lubang tindik hingga sangat besar sebagai simbol kecantikan dan kedewasaan.
  • Eropa Abad Pertengahan: Tindik sempat dianggap tabu, tapi pelaut mulai menggunakannya sebagai simbol keberanian dan tanda bahwa mereka pernah mengarungi lautan luas.

3. Tindik dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, tindik telinga pada perempuan dianggap diperbolehkan karena termasuk perhiasan yang lumrah. Ada hadis yang menyebutkan bahwa perempuan di zaman Nabi Muhammad mengenakan anting di telinga mereka.

Namun, untuk laki-laki, pendapat para ulama berbeda-beda. Sebagian besar ulama mazhab menganggap tindik pada laki-laki sebagai sesuatu yang menyerupai perempuan, sehingga tidak dianjurkan. Tapi, di beberapa budaya Islam seperti suku di Afrika atau India, laki-laki memakai tindik sebagai bagian dari tradisi mereka.

4. Era Modern: Tindik sebagai Fashion dan Identitas

Di era 1960-1970-an, tindik kembali populer sebagai bentuk ekspresi diri, terutama di kalangan hippies dan punk. Lalu, di tahun 1990-an, tren body piercing makin berkembang dengan munculnya tindik di alis, lidah, septum, dan bagian tubuh lainnya.

Sekarang, tindik nggak cuma soal gaya, tapi juga bisa jadi bagian dari identitas seseorang. Beberapa orang menggunakannya sebagai simbol kebebasan, seni, atau bahkan spiritualitas.

5. Apakah Tindik Punya Manfaat?

Selain sebagai aksesori, beberapa budaya percaya bahwa tindik punya manfaat kesehatan:

  • Tindik hidung dipercaya bisa membantu meredakan nyeri haid dalam pengobatan Ayurveda.
  • Tindik telinga pada bayi di beberapa budaya dianggap bisa meningkatkan keseimbangan energi tubuh.
  • Akupunktur juga mengaitkan titik-titik tindik dengan titik refleksi kesehatan.

Kesimpulan

Tindik bukan sekadar tren kekinian, tapi punya sejarah yang panjang dan mendalam. Dari zaman Nabi Ibrahim, Mesir Kuno, hingga budaya modern, tindik selalu memiliki makna simbolis dan estetika yang berbeda-beda.

Kalau kamu tertarik buat tindik, pastikan cari tempat yang higienis dan sesuai dengan preferensimu, ya! Jadi, kamu tim tindik atau tim anti-tindik?

By Medhy

Leave a Reply