Kalau kamu jalan-jalan ke Jawa Tengah, pasti bakal sering nemuin makanan dan minuman yang rasanya cenderung manis. Dari gudeg khas Yogyakarta, sambal goreng Solo, sampai teh poci yang selalu disajikan manis. Sementara itu, kalau ke Jawa Barat, banyak makanan yang dominan asin, gurih, atau pedas, dan teh di sana lebih sering disajikan tawar.

Pernah kepikiran nggak, kenapa bisa beda gitu? Ternyata ada sejarah panjang di balik perbedaan rasa ini!


1. Warisan dari Zaman Penjajahan Belanda

Salah satu penyebab utama perbedaan rasa ini adalah kebijakan kolonial Belanda. Dulu, Belanda menerapkan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) yang mengharuskan rakyat menanam komoditas ekspor seperti teh dan tebu. Nah, dua bahan ini ditanam di daerah yang berbeda:

  • Jawa Barat ➝ Pusat perkebunan teh terbesar, terutama di daerah Bogor, Bandung, Garut, dan Puncak.
  • Jawa Tengah ➝ Pusat perkebunan tebu, terutama di daerah Solo, Klaten, dan Yogyakarta.

Karena teh melimpah di Jawa Barat, masyarakat di sana terbiasa minum teh dalam bentuk aslinya, yaitu tanpa gula alias teh tawar. Sementara itu, di Jawa Tengah, gula dari perkebunan tebu sangat mudah didapat, sehingga banyak makanan dan minuman yang dibuat manis.


2. Filosofi di Balik Rasa Manis dan Gurih

Selain faktor sejarah, budaya dan filosofi masyarakat juga berperan besar.

  • Jawa Tengah dikenal dengan masyarakatnya yang lembut dan penuh kesabaran. Rasa manis dalam makanan sering dianggap sebagai simbol keramahan dan keharmonisan. Bahkan, ada istilah “manis orang Jawa” yang menggambarkan sifat mereka yang sopan dan suka berbasa-basi. Makanya, di sini teh hampir selalu disajikan manis, karena dianggap lebih “menerima tamu” dengan baik.
  • Jawa Barat, yang didominasi oleh budaya Sunda, lebih mengutamakan kesegaran dan keseimbangan rasa. Mereka suka makanan yang segar, ringan, dan alami. Karena itu, banyak makanan Sunda yang disajikan dengan lalapan dan sambal, sementara teh tawar lebih sering jadi pilihan untuk menetralisir rasa makanan yang kuat.

3. Pengaruh Gaya Hidup dan Alam

Jawa Barat punya banyak pegunungan dan curah hujan yang tinggi, cocok buat tanaman teh. Daerah ini juga terkenal dengan makanan sehat berbasis sayuran dan bumbu alami. Sementara itu, Jawa Tengah yang lebih datar dan panas, memanfaatkan hasil bumi seperti tebu untuk membuat makanan dan minuman yang lebih manis dan tahan lama.

Selain itu, gaya hidup masyarakat juga berpengaruh. Orang Jawa Tengah cenderung lebih menikmati makanan dengan tempo lambat, seperti menikmati gudeg yang dimasak berjam-jam sampai rasanya benar-benar meresap. Sebaliknya, makanan khas Sunda biasanya lebih cepat disiapkan dan segar, seperti lalapan dengan sambal dadakan.


4. Contoh Makanan dan Minuman Khas yang Menggambarkan Perbedaan Ini

Biar lebih jelas, yuk lihat beberapa contoh makanan dan minuman dari kedua daerah:

Jawa Tengah (Manis) Jawa Barat (Gurih, Segar, Tawar)
Gudeg (nangka manis) Nasi liwet (gurih)
Sambal goreng krecek (manis & pedas) Pepes ikan (rempah kuat)
Teh poci dengan gula batu Teh tawar khas Sunda
Wedang jahe manis Es goyobod (segar & asam)

Kesimpulan: Manis atau Gurih, Semua Kembali ke Budaya!

Jadi, perbedaan rasa antara kuliner Jawa Tengah dan Jawa Barat bukan cuma soal selera, tapi juga hasil dari sejarah panjang, ketersediaan bahan baku, dan budaya masyarakatnya.

Kalau kamu tipe yang suka makanan manis dan berasa “homey”, kuliner Jawa Tengah bisa jadi favoritmu. Tapi kalau kamu lebih suka yang segar, ringan, dan alami, kuliner Sunda dari Jawa Barat bisa lebih cocok buat lidahmu.

Gimana, jadi makin paham kan kenapa teh di Jawa Tengah selalu manis, sementara di Jawa Barat lebih sering tawar? Yuk, bagikan artikel ini ke teman-temanmu yang suka kulineran!

By Medhy

Leave a Reply